Industri kecantikan seringkali dikecam sebagai salah satu culprit atas masalah seperti deforestasi, toxic pollution dan animal cruelty. Siapa sangka begitu banyak kerusakan yang bisa terjadi hanya dari memproduksi dan menggunakan produk kecantikan? Nah, disinilah banyak brand mulai bermunculan dengan komitmen untuk meminimalisir dampak mereka terhadap lingkungan, alias sustainable. Ada empat standar yang menjadikan brand termasuk sustainable: vegan, cruelty-free, non-toxic atau clean, dan ethical.


Kita bisa mengetahui berbagai hal tentang suatu brand hanya dari mengecek kandungan produknya. Jika mengandung bahan hewani seperti lanolin, collagen dan allantoin, mereka secara aktif mempromosikan deforestasi, karena dibutuhkan lahan yang besar untuk menampung hewan-hewan yang akan dijadikan bahan baku ini. 


Jika yang digunakan dominan ke bahan kimia sintetis, seperti plastic microbeads yang umumnya digunakan dalam scrub dan oxybenzone dalam sunscreen, mereka terlibat dalam pencemaran lautan dan kerusakan terumbu karang. Jika mengandung bahan-bahan kimia seperti BHA & BHT, bahan yang terbukti berbahaya tetapi masih umum digunakan dalam makeup, mereka dapat membahayakan kesehatan penggunanya.


Jika produk ini sudah ditangan kamu, kandungan tersebut akan diserap oleh kulitmu, dan sebagiannya lagi mengalir ke saluran pembuangan, mencemari air dan tanah. Dan packaging produknya sendiri? Berakhir bertumpukan bersama lautan packaging lainnya.


Kosmetik yang vegan dan cruelty-free cenderung menggunakan formula ringan, sehingga lebih aman dikulit dan tidak mencemari lingkungan. Karena tidak menggunakan bahan hewani dan yang cenderung toxic, tidak memerlukan banyak energi untuk memproduksinya. Untuk menggantikan metode animal testing, bahan-bahan akan diuji dengan menggunakan sel-sel manusia (in vitro method), atau dengan teknik pemodelan komputer yang canggih (in silico models), dimana metode ini lebih akurat dibandingkan menggunakan hewan.


Agar suatu produk dianggap clean, ia tidak boleh mengandung bahan kimia sintetis yang berbahaya seperti paraben, formaldehyde, dan fragrances. Kandungannya tidak harus seratus persen alami dan organik, yang penting ia bebas dari toxins dan cenderung aman untuk kulit dan kesehatan manusia. 


Brand yang ingin menjadi lebih sustainable harus mengawasi resource & waste management mereka, agar seluruh tahap produksi tidak mengeluarkan banyak jejak karbon. Juga, selain kandungan produknya, materi dan kualitas packaging produknya pun harus diperhatikan, jangan sampai ia menambahkan waste problem. Brand dapat menggunakan bahan baku hasil daur ulang, atau menggunakan materi yang dapat didaur ulangkan atau setidaknya menjadi reusable. Brand juga dapat membuat program daur ulang, dimana pembeli dapat mengembalikan packaging setelah produk mereka selesai dipakai, seperti Program BBOB yang dijalankan oleh The Body Shop.


Selain memikirkan bagaimana bahan-bahannya diambil dan diproduksikan, brand juga harus memikirkan siapa saja yang terlibat, apakah mereka mendapatkan bayaran yang adil, alias fair trade, dan apakah mereka sama-sama berkomitmen untuk memberi dampak positif terhadap lingkungan. 


Pastinya, tidak ada beauty brand yang sempurna, dan belum banyak yang mampu mencapai semua standar ini. Kamu bisa mulai dengan membeli produk yang memenuhi setidaknya satu dari keempat kriteria tersebut. So, sebagai konsumen, kamu memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan ini! Karena semakin banyak yang membeli dan men-support sustainable beauty brands, semakin pesat perubahan industri kecantikan untuk menjadi lebih earth-friendly.